Muhammad Fajri myspace graphic comments

Sabtu, 05 Februari 2011

Nonton TV di manapun berada tanpa bayar

    Warung Bebas TV Streaming

    Jumat, 13 Agustus 2010

    Schedule Pelatihan IT di Puskom UNJ


    Dengan ini diberitahukan kepada seluruh peserta pelatihan IT di Puskom UNJ (kelas Oktober 2010). Bahwa penjadwalan yang tersedia di puskom adalah setiap hari Sabtu pkl. 08.00 s.d. pkl. 16.00 dan satu minggu sekali (pada hari kerja: Senin s.d. JumaRata Penuht) pada pkl. 14.00 s.d. 18.00. Oleh karenanya mohon kerjasama kepada rekan-rekan untuk menentukan kelas mana yang hendak dipilih agar proses registrasi dan follow up ke puskom dapat segera dilakukan dalam waktu dekat ini, karena ditargetkan pelaksanaan pelatihan dapat dimulai pada minggu pertama Oktober yang akan datang.

    sehingga dapat dirinci lebih lanjut, bahwa jadwal yang tersedia (yang dapat dipilih) guna pelaksanaan pelatihan IT di Puskom UNJ, antara lain:

    1. Setiap Sabtu yang dilaksanakan selama 4 kali pertemuan setiap sabtu (1 bulan) pada pkl. 08.00 s.d 16.00
    2. Seminggu sekali pada hari kerja (Senin s.d Jumat) yang dilaksanakan selama 8 kali pertemuan pada pkl. 14.00 s.d 18.00.

    Khusus untuk opsi kedua dapat diberikan sebuah contoh apabila pelaksanaan pada hari selasa, maka setiap selasa selama 8 kali berturut-turut dilaksanakan pada pkl. 14.00 s.d 18.00.

    Masukan dari anda ditunggu sampai batas waktu 16 Agustus 2010 pkl. 09.59 WIB. Bagi peserta lainnya yang tidak memberikan masukan dianggap setuju dengan keputusan final, apapun itu.

    Adapun mekanisme penggunaannya bisa melalui akun facebook melalui catatan atau via sms dengan cara: ketik opsi (spasi) jadwal yang dipilih, contoh : opsi A (untuk jadwal setiap hari sabtu), atau opsi B Selasa (untuk jadwal hari biasa pada selasa), kirim ke 0813 1581 1698.

    Sebagai informasi tambahan, materi yang akan diberikan berupa materi pembuatan flash.* Demikian harap maklum dan ditunggu masukan dan sumbang sarannya demi kepentingan dan keputusan bersama.

    Kapasitas kelas yang disediakan 20 s.d 30 peserta, namun demi kenyamanan bersama maka ideal kelas adalah 20 peserta. Saat ini peserta yang terdaftar sejumlah 21 peserta, antara lain sebagai berikut:



    Hal lain yang perlu ditanyakan dapat menghubungi Muhammad Fajri (0813 1581 1698), Anikmah (0813 8303 8518)

    * dalam konfirmasi.

    Senin, 03 Mei 2010

    Banyak Orang Yang Kecewa

    Hari ini banyak orang yang telah saya buat kecewa, adapun mengapa mereka dibuat kecewa sangat beragam sebab dan alasannya. Akan tetapi hampir semuanya adalah kesalahan dan karena saya masih belajar untuk bisa menepati janji yang telah disepakati sebelumnya...

    Betapa susahnya menepati janji, apakah ini salah satu tanda orang munafik (diantara ketiga tanda2 orang munafik) yaitu apabila berjanji mengingkari, ya.... setidaknya walaupun dilaksanakan tapi masih belum bisa sesuai dengan apa yang diharapkan. Alhasil, hanya kecewa dan putus asa yang didapat oleh orang yang saya janjikan sebelumnya.

    Adapun sebab orang kecewa juga sangat beragam, bahkan adapula yang merasakan kecewa tanpa sebab yang pada dasarnya memang tidak dimengerti orang yang notabene sedang merasakan kecewa tersebut (tapi gx da maksud utk menyinggung perasaan sebagian apalagi banyak orang y....).

    Betapa susahnya menepati sebuah kata yang memang sangat penting untuk diingat dan dipikirkan "Janji". Ya, itulah mengapa kita sebagai orang yang tidak mau dikecewakan orang lain, setidaknya mau tidak mau juga tidak boleh mengecewakan orang lain pula. Namun, kembali kepada kodrat manusia sebagai tempatnya salah dan lupa, asal jangan dijadikan sebagai kambing hitam saja statement ini. Untuk mencapai sebuah kata yang banyak orang menginginkannya (setidaknya melalui statement yang lain "tepati janjimu, sekecil apapun itu") yaitu to be a wise man. Mungkin ini juga dapat dikatakan sebagai sesuatu yang kurang sepadan bila dibandingkan dengan isi dalam buku "Setengah Isi Setengah Kosong"nya Parlindungan Marpaung manakala kita memandang sesuatu hanya dari satu sudut pandang saja (bijaksana dengan tepat janji), ini versi saya.

    Alamiah memang, manakala terdapat sesuatu hal yang diluar apa yang kita inginkan maka akan muncul suatu perasaan hati yang memang apda umumnya orang banyak tidak inginkan, marah, benci, kecewa, ataupun perasaan lainnya yang sejenis dan masih banyak lagi....

    Pertama yang saya lakukan adalah meminta maaf (klo sepenuh atau setengah hati, saya g bisa mengungkapkannya di sini) tapi yang jelas ungkapan pertama yang harus dilakukan oleh orang yang pernah melakukan suatu kesalahan adalah meminta maaf, dan kewajiban bagi orang yang dimintai maaf adalah memberikan kata maaf tersebut kepada orang yang meminta maaf tersebut. Karena memberikan maaf tidak akan mengeluarkan banyak biaya dan tenaga (betul gak????).

    Please forgive me for all my faults all of you....

    Whoseever you, once again please forgive me..

    Okey Bos....




    Sumber gambar: http://default.tabloidnova.com/files/article/photo/27182_8%20sumber.jpg

    Sumber lainnye: http://kolomkita.detik.com/upload/maaf.jpg

    Senin, 22 Maret 2010

    The colossal ice walls showing another side of the Red Planet Mars as You've Never Seen It before


    It looks like a filmmaker's apocalyptic vision of Earth following a devastating natural disaster. But this colossal ice formation is actually a portion of the wall terraces of a huge crater on Mars.

    Approximately 37 miles in diameter, a section of the Mojave Crater in the planet's Xanthe Terra region has been digitally mapped by Nasa scientists. The result is this digital terrain model that was generated from a stereo pair of images and offers a synthesized, oblique view of a 2.5-mile portion of the crater's wall terraces.

    The sheer depth of the crater - about 1.6 miles - demonstrates that Mojave has experienced little infilling or erosion. The result offers scientists a tantalising glimpse of what a very large complex crater looks like on Mars because it remains so fresh while most others - especially this size - have been affected by erosion, sedimentary infilling and overprinting by other geologic processes.

    Such a fresh crater provides an insight into the impact process. This view, in which the vertical dimension is exaggerated three-fold compared with horizontal dimensions, shows the ponding of material backed up behind massive wall-terrace blocks of bedrock.

    Hundreds of impact craters on Mars have similarly ponded features with pitted surfaces. These 'pitted ponds' are thought to result when material melted by the crater-causing impacts is captured behind the wall terraces.

    The portion of the Mojave Crater's north-western edge shown here spans about 2.5 miles in width halfway between the bottom and top of the image. The view is toward the north.

    Mojave is one of the freshest large craters on Mars. A survey of its features indicates very few overprinting craters on them, and an analysis of that infrequency suggests the crater may be as young as about ten million years, very young for a crater of this size.

    The fans and channels hint that impacts such as Mojave's may have unleashed water or water-ice from the subsurface to flow across the surface and, perhaps, condense as rain or snow for a brief period of Martian time.

    This further suggests that early climate on Mars could have been heavily influenced by the intense bombardment about 3.9billion years ago when impacts creating craters Mojave's size and far larger were more common.

    adapted from: http://english.kompas.com/read/2010/03/23/06011770/Mars.as.Youve.Never.Seen.It.before

    Minggu, 21 Maret 2010

    Perubahan Iklim dan Kegalauan Keilmuan


    Itu isu ”terpanas” dalam perkara perubahan iklim. Sementara di berbagai belahan dunia terjadi bencana terkait iklim: cuaca serba tak menentu dan cenderung ekstrem, badai salju, dan badai pasir tak terperikan terjadi di daerah yang tak terduga, di dalam tubuh Panel Ahli Antarpemerintah mengenai Perubahan Iklim terjadi ”badai kepercayaan”. Secara keseluruhan, bahkan urusan perubahan iklim ini, mengandung berbagai ironi.

    Kepercayaan pada Panel Ahli Antarpemerintah mengenai Perubahan Iklim (IPCC) terguncang keras. Guncangan awal terjadi menjelang Konferensi PBB mengenai Perubahan Iklim Pertemuan Para Pihak Ke-15 (COP-15) di Kopenhagen, Denmark, awal Desember lalu, berupa bocornya e-mail dari Unit Riset Iklim dari Universitas East Anglia, Norwich, Inggris, yang prestisius.

    E-mail itu mengisyaratkan betapa IPCC berusaha menghindari upaya pihak lain untuk turut melihat data-data yang dikoleksi dari seluruh dunia. Maka, muncullah kecurigaan bahwa model iklim yang digunakan oleh IPCC selama ini cenderung berlebihan. Dan, hasil polling publik kemudian menunjukkan turunnya kepercayaan publik akan keniscayaan terjadinya proses pemanasan global.

    Peristiwa itu bak ranjau yang ditanam di kebun orang. Dan ”ranjau” itu meledak tak tertahan ketika diketahui terjadi kesalahan dalam laporan IPCC pada tahun 2007: Assessment Report 4. Di sana disebutkan, lapisan es di Puncak Himalaya akan habis meleleh pada tahun 2035. Para ahli terguncang dan debat pun berlangsung berkepanjangan.

    Namun, eloknya, dengan mudahnya kesalahan tersebut lantas dinyatakan sebagai ”salah cetak” (typographical error). Angka tahun yang benar adalah 2305 tetapi tercetak 2035. Itulah ironi pertama. Ironis, ketika kesalahan ketik terjadi—jika memang benar demikian—pada sebuah laporan yang akan memengaruhi lebih dari 6 miliar penduduk dunia, memengaruhi sistem politik global karena Kerangka Kerja PBB atas Konvensi mengenai Perubahan Iklim (UNFCCC) beranggotakan lebih dari 190 negara!

    Meminta maaf

    Ketua IPCC Rajendra Pachauri pada akhir Februari lalu berusaha ”meredam” rasa tidak percaya di kalangan negara-negara anggota UNFCCC tersebut dengan hadir pada pertemuan para menteri lingkungan pada Forum 11th Special Session of the United Nations Environment Programme (UNEP) Governing Council/Global Ministerial Environment. Di sana ia berusaha meminta maaf. Hadirin pun diminta ”tutup mulut” tentang isi pertemuan tersebut. Dan, rupanya Pachauri dimaafkan... oleh PBB.

    Pekan lalu, Sekjen PBB Ban Ki-moon telah mengumumkan badan baru yang bakal bertugas memeriksa cara dan prosedur IPCC dalam menyusun laporan (AR). Badan tersebut dinamai Dewan Antarakademi (Interacademy Council/IAC).

    Pachauri dalam wawancara dengan jaringan televisi NDTV, India, dengan tegas menyatakan, ”Kami memiliki ribuan ilmuwan yang bekerja menyusun laporan tersebut. Mereka adalah para profesional di bidang perubahan iklim. Yang dilakukan IAC adalah mengawasi prosedur, dan bagaimana kami menjalankan prosedur itu untuk menyusun laporan. Mereka tidak campur tangan dalam soal keilmuan. Itu kompetensi IPCC.” Laporan berikutnya akan terbit sekitar tiga tahun lagi.

    Ironis, ketika orang memperkarakan kompetensi IPCC dalam membuat kesimpulan dalam laporan, yang muncul justru badan pengawas untuk urusan ”salah cetak”—untuk meringkas segala jenis dan level prosedur. Ini sejalan dengan keputusan hakim yang sering menjatuhkan keputusan bebas terdakwa koruptor karena ternyata sang terdakwa hanya melakukan ”kesalahan administrasi”.

    Padahal, yang riil adalah kesangsian terhadap cara kerja IPCC. Cara kerja yang kemungkinan berdampak pada interpretasi keilmuannya. Pendapat tersebut terpicu isi surat elektronik yang bocor—yang mengisyaratkan adanya sikap IPCC yang berusaha menutup-nutupi data dan proses kerja mereka. Kesangsian kelompok yang skeptis ini rupanya telah disimpan di bawah karpet. Padahal, laporan itu juga salah menyebutkan, 55 persen wilayah Belanda ada di bawah permukaan laut. Yang benar, 26 persen. Hal lain dalam laporan tersebut yang dinilai salah yaitu klaim IPCC bahwa perubahan curah hujan yang kecil pun akan memengaruhi hingga 40 persen hutan tropis Amazon dan hutan itu akan berubah menjadi padang rumput.

    Ketika yang diketahui masyarakat awam adalah bencana banjir yang semakin sering, gelombang laut yang makin tinggi dan makin sering, dan badai yang semakin kerap, meja-meja perundingan di tingkat global telah menetapkan perubahan iklim masuk dalam ranah politik, ketika dia menjadi urusan PBB.

    Seorang ilmuwan klimatologi Indonesia yang kini menarik diri sejak awal telah mengatakan, urusan perubahan iklim ini tidak merata secara global. Perkara ini menjadi arena lain dari dominasi negara maju. Perbandingan ilmuwan yang terlibat dalam IPCC antara negara maju dan berkembang amat tidak seimbang. Alasannya, jumlah paper dari negara berkembang di level internasional kurang memadai jumlahnya. Menurut ilmuwan tersebut, dengan demikian akan ada asumsi-asumsi dan faktor-faktor yang sesuai dengan kondisi negara-negara berkembang yang terlewat. Namun keberatan ini seakan tidak penting.

    Kini, terbukanya berbagai kesalahan dalam laporan AR4 dikhawatirkan bakal mengguncang kepercayaan banyak kalangan terhadap kesahihan ilmu pengetahuan. Akibat lainnya, secara politis kegalauan keilmuan itu dikhawatirkan melemahkan komitmen negara-negara secara global dalam menghadapi ancaman dampak perubahan iklim. (Ada sejumlah kalangan ilmuwan yang skeptik, yang menyatakan, penyebab perubahan iklim yang dipicu pemanasan global tidaklah antropogenik, tidak berbanding lurus dengan konsentrasi CO. Penyebab pemanasan global adalah medan magnet matahari).

    Sekjen PBB Ban Ki Moon memberikan ”kemudahan” di tengah kegalauan keilmuan tersebut. ”Kesalahan dalam laporan itu amat kecil jumlahnya”—tebal AR4 sekitar 3.000 halaman. ”Saya tidak melihat ada bukti kredibel yang menentang kesimpulan utama laporan tersebut. (Bahwa) Ancaman dampak perubahan iklim adalah nyata,” ujarnya.
    Sumber: Kompas.com

    Ayo Ikut Aksi Ubah Dunia Dalam 1 Jam!


    Worldwide Wildlife Fund for Nature atau WWF Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengajak seluruh masyarakat Indonesia, khususnya warga Jakarta, untuk berpartisipasi dalam program 60 Earth Hour 2010. Melalui program ini, WWF dan Pemprov DKI Jakarta mengajak masyarakat untuk bersama-sama melakukan aksi mematikan lampu selama satu jam pada Sabtu, 27 Maret 2010, mulai dari pukul 20.30 WIB hingga 21.30 WIB.

    Aksi serempak yang juga dicanangkan di banyak negara di dunia tersebut digelar untuk mengantisipasi kondisi perubahan iklim dunia. Dengan gerakan mematikan lampu secara serempak selama satu jam, diharapkan warga dunia, termasuk masyarakat Indonesia, dapat berkontribusi dalam menghemat energi, menekan emisi karbon, sekaligus mengurangi dampak global warming di dunia.

    "Kami harapkan dengan aksi ini kita dapat melakukan antisipasi terhadap perubahan iklim dunia yang sudah semakin mengkhawatirkan. Apa yang kita lakukan sedikit memang, tapi saya yakin kalau dilakukan oleh seluruh warga dunia secara bersama-sama, meski hanya 1 jam, tidak mustahil aksi ini bisa mengubah dunia jadi lebih baik," papar Hadi Ali Kodrat, Ketua Presidium WWF Indonesia, saat ditemui seusai konferensi pers 60 Earth Hour di Hotel Shangri-La, Jakarta, Kamis (18/3/2010).

    Aksi ini sendiri bukan merupakan aksi yang pertama. Sebelumnya, WWF bersama Pemprov DKI Jakarta telah mengadakan program 60 Earth Hour 2009. Program tersebut pun telah terbukti berjalan efektif karena berhasil mengajak 10 persen penduduk Jakarta untuk mematikan lampu serempak dan telah berdampak pula pada pengurangan konsumsi energi listrik di Jakarta sebesar 50 megawatt pada 2009.

    Untuk 2010 ini, Pemprov DKI Jakarta optimistis, program 60 Earth Hour dapat mengurangi pemakaian energi listrik di Jakarta hingga dua sampai tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu. "Kalau tahun kemarin bisa mengurangi sampai 50 megawatt, tahun ini kami optimistis bisa naik dua sampai tiga kali lipat megawatt," ujar A Hariyadi, Deputi Gubernur Bidang Tata Ruang Pemprov DKI Jakarta.

    Sumber: Kompas.com

    Inilah Mawar Antariksa dari NASA


    Teleskop NASA memotret sebuah awan antariksa yang dipenuhi bintang-bintang baru yang ditaburi debu-debu ruang angkasa. Citra inframerah ini berasal dari kumpulan bintang baru yang dilabel Berkeley 59.

    Tiap bintangnya "baru" beberapa juta tahun dan karena warna-warni merah dan hijaunya, para ilmuwan NASA menyamakannya dengan sebuah mawar kosmis.

    Citra ini diambil oleh perangkat baru NASA, yaitu Penjelajah Survei Inframerah Berlingkup Lebar atau Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE). Pengamat antariksa ini bernilai 320 juta dollar AS dan dibangun untuk memetakan seluruh langit dengan mendetail. Teleskop ini juga telah memotret asteroid gelap dan komet yang sebelumnya susah ditangkap citranya.

    Teleskop WISE milik NASA diperkirakan bisa menyelesaikan pemetaan langitnya dalam enam bulan lagi.

    Kembali pada mawar kosmis itu, cahaya merah di tengahnya adalah akibat panas yang dipancarkan oleh bintang-bintang dalam awan itu. Daerah hijau zamrud di pinggirannya adalah molekul-molekul polycyclic aromatic hydrocarbon yang bisa ditemukan juga di Bumi, yaitu dari hasil pembakaran, contohnya dari pipa knalpot mobil atau bahkan di dasar panggangan barbeque.

    Sumber: Kompas.com